Dimana Tempat Terbaik Kita?
Seringkali kita merasa terkungkung dengan lingkungan dimana
kita berada. Tidak jarang orang berpikir
dan merasa bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk bisa meraih sukses. Misalnya mereka yang hidup di daerah terpencil, merasa susah, dan jauh untuk mendapat sentuhan
teknologi, atau menerima informasi terbaru dengan cepat, hingga berpikir,
begitu susahnya berjuang dan
mengembangkan usaha. Sebaliknya, mereka yang hidup di kota besar berpikir betapa sesaknya dunia, begitu ketatnya
tingkat persaingan hidup. Mungkin itulah
gambaran-gambaran saya mengenai keluh kesah orang kebanyakan. Mungkin di antara
kita menyadari atau tidak.
Manusia adalah makhluk sosial. Dimana tidak dapat hidup
sendiri dan pasti membutuhkan orang lain. Ingatkah sejarah manusia Nabi Adam
kesepian di surga dan membutuhkan teman berbicara, mencurahkan kasih sayang,
berbagi pengalaman. Kemudian Allah menciptakan Siti Hawa sebagai temannya. Pernahkan
kita berfikir sejenak nasi yang kita makan. Nasi itu berasal dari padi yang
telah ditanam oleh bapak kita dan menunggu selama seratus harian. Dengan waktu
yang lama itu, tentu padi inginnya subur dan tumbuh dengan baik, maka pupuk
sebagai salah satu alat penyubur, diciptakan pabrik pupuk oleh kaum intlektual.
Pabrik membutuhkan tenaga manusia untuk menggerakkan mesin
pembuat pupuk, kemudian mesin pupuk diciptakan manusia lain lagi dan
seterusnya. Ini menandakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Kita hadir
di tempat yang kita singgahi saat ini adalah tempat yang sangat tepat, tinggal
kita pengelolahannya bisa atau tidak menggunakan kesempatan yang diberikan oleh
alam ini dan segala peralatan tubuh (kecerdasan) yang diberikan Allah kepada
kita.
Dimana pun berada, saling sikut, saling senggol, saling tending, hingga
akhirnya memutuskan, memang susah untuk menjadi yang terdepan. Dalam
berjuang segala sesuatunya memang seringkali
tidak sesuai keinginan kita. Bisa jadi kita merasa lingkungan tidak
lagi ramah, dan kondisinya tidak nyaman. Padahal sesungguhnya, dimanapun kita berada, pahami bahwa itulah tempat terbaik kita. Tempat dimana kita hidup, tempat di mana kita memperjuangkan apapun
yang kita inginkan.
Sekarang, mari kita renungkan sejenak!
1. Jika kita selalu
saja berpikir bahwa tempat
lain adalah lebih baik, maka sampai kapan kita akan mulai berjuang?
2. Jika kita selalu
saja menunggu datangnya
kesempatan emas di tempat lain, berapa
banyak waktu yang terbuang, hanya sekadar untuk menunggunya?
3. Jika kita selalu
saja menunda apapun yang bisa kita lakukan di tempat kita berada sekarang, maka berapa
banyak kesempatan yang terbuang percuma?
Masih
banyak hal-hal lain yang dapat kita renungkan. Kita
semua memiliki kesempatan emas untuk menjadi
besar dan benar dimana saja. asal, kita mau memperjuangkannya.
Barangkali air mata penyesalan telah membasahi pipi ini saat membaca artikel
ini. Semoga air mata yang kita teteskan tidak sia-sia dan sebagai langkah awal
merubah sikap dan pandangan kita. Bahwa hidup cuma sekali, matipun cuma sekali.
waktu tak kan kembali. Umur selalu bertambah. Maka tak ada setiap jengkal
kehidupan sangatlah berharga dari pada intan berlian. Marilah kita berpikir bahwa inilah tempat terbaik kita, maka kita
akan memiliki kesadaran dan kemampuan untuk
membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik, lebih bernilai, dan penuh
arti.
Disusun Oleh Supendi Red.
Penulis adalah
Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 7 Jurusan Bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar