Jumat, 22 Februari 2013

TENTANG ADMIN HEHEHE

Hello pembaca blog Maspend Lincah.... ini adalah foto admin dan teman2 saat study tour ke sarangan. tepatnya Telaga Pasir...
HEHEHE INI FOTO GUE MIMPI BISA TERBANG LOE.......

LIAT NIH GUE KALO LAGI ACTION..... GAGAH BANGET KAN!!!

IIIIINI  FOTO PAS SARAPAN... GRAGAS TENAN YA,,,, LOYANNYA AJ ALAMI (DAUN JATI) HEHEHE.........TANCAP AJA MAKANNYA, TAPI ATI2 KESENDAT. ENTR SAKIT...JANGAN LUPA MINUM CUCU YA..HEHEHE 
TEMEN2 KALO BERPOSE SENYUMNYA BIKIN AYEM YA.... LIATIN DECH... EMMMMMM



HAYOOOO........ SIAPA YANG CANTIK.... 1, 2, 3, 4, 5, 

BERITA---MUDA, Penekun Budaya Jawa


Penekun Budaya Jawa

Sahabat setia pembaca Gelanggang, tahukah anda dengan sosok mahasiswa satu ini? Banyak teman yang mudah akrab dengannya, segudang prestasi didapatnya, dan dimanapun ada pertunjukan kesenian budaya (Jawa) dia datangi, hanya untuk memperkaya pengalaman dan menemukan jati diri. Sosok yang santun dan sopan kepada semua orang menjadikan teman-teman dan para dosen menyukai tabi’atnya.
Adalah Jadid Al Farisy, mahasiswa yang baru saja menyandang predikat Sarjana Pendidikan (S. Pd.) ini menjadi salah satu sorotan tim Redaksi Gelanggang untuk dipublikasikan di rubrik ini. Jadid Al Farisy atau yang biasa akrab dipanggil “mas Jadid” lahir di Desa Kendal, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, pada tanggal 22 Maret 1987. Riwayat pendidikan yang mas Jadid tempuh ialah di MI (Madrasah Ibtidaiyah) Kendal, berlanjut ke MTs (Madrasah Tsanawiyah) Negeri Model Babat dan mengabdi di pondok pesantren dan MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Bahrul ‘Ulum Tambak Beras Jombang. Setelah lulus dari MAN Tambakberas Jombang pada tahun 2005, ia meneruskan D-2 di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Raden Santri Gresik jurusan PGMI/SD dan lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan program sarjananyanya di perguruan tinggi Unisda Lamongan.
Mas Jadid adalah salah satu wisudawan terbaik dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unisda. Mahasiswa yang suka mengenakan pakaian serba hitam ini mendapat perwakilan sambutan pada acara wisuda purna Unisda mewakili wisudawan-wisudawati S-1 dan S-2. Tentunya sahabat setia pembaca Gelanggang tidak asing lagi khan? Pemuda berjiwa seni ini biasanya juga ikut dalam pementasan teater. Di majalah Gelanggang, ia juga aktif sebagai seorang penulis. Pemuda ini hobi dengan semua hal yang berhubungan dengan Seni, khususnya melukis, baik kaligrafi, lukisan wayang, dan sebagainya.
Selain menjadi mahasiswa yang kreatif, mas Jadid juga mengabdikan ilmunya di lembaga MI Kendal, dimana ia dulu menimba ilmu dasarnya. Dia mulai mengabdikan ilmunya sejak Semester satu. Bidang studi yang diampunya yaitu, beberapa mata pelajaran Agama, Seni dan Budaya, dan Bahasa Inggris. Inilah yang melatarbelakangi mengapa mas Jadid mengambil jurusan bahasa inggris. ”Saya juga ingin menjadikan Bahasa Inggris sebagai pengantar ketika saya memperkenalkan seni dan budaya nusantara, khususnya Jawa ke mancanegara. Itulah yang menjadi Cita-cita saya”.  Papar mas Jadid saat diwawancarai wartawan Gelanggang.
 Organisasi yang ia ikuti di antaranya; organisasi intra kampus, STNK (Studi Teater Nafas Kata) dan Gelanggang. Organisasi kemasyarakatan yaitu Remaja Masjid, dan bergabung dengan Paguyuban Pecinta Wayang. Setiap hari Ahad Mas Jadid juga menyempatkan diri untuk mengikuti Ngaji di pondok pesantren Langitan, mengikuti ngaji di Pondok Pesantren Langitan sudah ia jalani selama lima tahun ini. Dan ia juga mulai mendirikan komunitas teater di MI yang ia ampu.
Kuncup adalah nama komunitas teaternya. Dengan kesibukan yang begitu padat, mas jadid tetap bisa mendapatkan IP (Index Prestasi) yang bagus, IP tertinnginya adalah 4.00, dan IP terendahnya 3,57. Adapun prestasi-prestasi yang pernah ia peroleh di antaranya; juara satu Qira’ah tingkat kecamatan sekaran tahun 2005, juara 3 lomba tembang jawa macapat yang diadakan oleh DISBUDPAR (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata). Di Unisda ia menjadi wisudawan terbaik tahun 2012. Saat ditanya oleh salah satu dari wartawan Gelanngang rencana apa Mas Jadid setelah wisudah ini, “ saya akan tetap meneruskan mencari ilmu baik di lingkungan akademik maupun nonakademik.” Tukas mas Jadid sembari leluconnya.
Oh iya, Tanggal 16 November 2012 kemarin, mas Jadid juga menjadi guest star lho, melantunkan tembang Jawa yang lirik-liriknya ia buat sendiri. Di salah satu studio radio swasta di kec. Sekaran, dan pada tanggal 24 November ia juga diminta khusus untuk menyambut Bupati Lamongan yang akan menghadiri hari jadi radio tersebut.
Sahabat setia pembaca Gelanggang, masih ada lagi lho yang perlu kita ketahui dari mas Jadid. Emzz, inspiratory dan motto hidupnya? Seniman dan budayawan yang menginspirasi penekun budaya jawa muda ini adalah Sujiwo Tedjo, Emha Ainun Najib (Cak Nun), dan K. H. Musthofa Bisri (Gus Mus). Motto hidupnya, ‘’hidup adalah apa yang engkau lihat, dengar, ucapkan, dan apa yang terbesit dalam hatimu, maka ciptakanlah segala hal positif yang nantinya kebaikan tidak hanya engkau dapat, tetapi juga biasa memberikan inspiasi terhadap sesama.” Subhanallah, solidaritas banget motto hidupnya. Semoga cerita singkat dari pengalaman Mas Jadid ini bisa mengispirasi pembaca setia Gelanggang. Amin.

Disusun Oleh Luluk Dianah Red.
                Peliput adalah Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 3 Jurusan Bahasa Indonesia


Artikel---Mengembangkan Entrepreneurship Mahasiswa


Mengembangkan Entrepreneurship Mahasiswa

Menjadi pengangguran merupakan suatu keadaan yang banyak ditakuti orang. Membangun jiwa wiraswasta kini tidaklah mudah sehingga menjadi sebuah tantangan. Apalagi ketika masih bergantung pada penghasilan orangtua. Sementara itu di lingkungan kampus, perkuliahan begitu ketat. Minat mahasiswa terhadap wirausaha semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini terbukti dari banyaknya inovasi-inovasi kreatif yang lahir dari keinginan kuat para wirausahawan muda (mahasiswa). Mereka mencoba untuk dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan sendiri dan berwirusaha untuk dapat menghindari pesatnya dunia pekerjaan yang semakin menyempitkan peluang kita.
Mengembangkan Entrepreneurship mahasiswa adalah tema majalah Gelanggang edisi ke-21. Mahasiswa sebagai agent of change juga agent of control masa depan haruslah mampu mengembangkan ilmu yang telah mereka serap di dunia perkampusan sebagai bekal dasar sebelum mahasiswa menginjakkan kaki mereka di lingkungan masyarakat secarah utuh. Dasar-dasar nilai kehidupan yang sudah mereka timba di lingkungan kampus seharusnya telah menjadi pondasi dalam berpijak di masyarakat dan bersosialisasi sesuai dengan lingkungan mereka.  Sesuai dengan  tema yang kita ambil pada edisi kali ini, maka Gelanggang akan mengupas beberapa makna dan arti-arti yang masih implisit dalam kata Entrepreneurship. Entrepreneurship berasal dari bahasa inggris dengan suku  kata Entrepreneur yang berarti “Pengusaha”, atau seseorang yang mampu menciptakan lapangan usaha bagi dirinya sendiri maupun bersama dengan orang lain, sedangkan Entrepreneurship sendiri bermakna “Kewiraswastaan”  atau ilmu-ilmu yang berkenaan dengan dunia pengusaha. Menjadi seorang interpreneur sukses merupakan jawaban yang banyak kita jumpai dalam setiap pertanyaan yang terlontar seputar cita-cita mereka “ingin menjadi apa kalian nanti?” dengan bermodalkan ilmu kewirausaan yang mereka dapatkan di dunia kampus para mahasiswa ini diharapkan nantinya mampu menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan  bakat dasar yang mereka milik sebelumnya.
“Entrepreneurship bukan hanya milik mahasiswa Fakultas Ekonomi saja,” tutur Drs. Moh Maskub, M. H. ketua Biro Administrasi Akademik & Aemahasiswaan (BAAK) Unisda. Kecenderungan dari pola pikir masyarakat yang beredar adalah entrepreneurship itu hanya dibekalkan dalam Fakultas Ekonomi saja, sedangkan pada kenyataannya semua jurusan telah dibekali dengan materi-materi “Kewirausahaan”, dengan begitu diharapakan seluruh lulusan dari Unisda akan mampu mengembangkan ilmu entrepreneur yang telah mereka dapatkan, seperti yang dituturkan Bapak Maskub  bahwa “bukan hanya mahasiswa lulusan Fakultas Ekonomi dengan ilmunya yang sangat berkenaan dengan rupiah yang memiliki jiwa enterepreneur”, akan tetapi jiwa entrepreneur itu tumbuh pada setiap jiwa manusia.
Keinginan menjadi seorang yang mampu menciptakan rupiah dengan tangan sendiri  adalah cita-cita dasar yang ada dalam diri setiap insan, cita-cita itu didukung dengan keinginan tidak bergantung pada angan orang lain, dengan paparan di atas dapat disimpulkan bahwasanya jurusan apapun yang mereka pilih itu ada peluang menjadi seorang interpreneur, jurusan keguruan misalnya, mereka mampu mengembangkan entrepreneurship mereka bisa mendirikan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB), atau dari jurusan Tekhnik yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan seperti mendirikan bengkel-bengkel. Para mahasiswa desain grafis bisa membuat dan menjual baik desain maupun produk kebutuhan sehari-hari, misalnya kaos, sepatu, tas. Sementara untuk para mahasiswa komunikasi bias mendirikan usaha internet, lebih-lebih jurusan jurnalistik, bisa mengembangkan bakat atau berwiraswasta di bidang tulis-menulis dan kewartawanan.

Mahasiswa Harus Berwawasan

Wawasan yang luas sangat mendukung kesuksesan kita dalam berbagai segi kehidupan, dengan berbekal wawasan yang matang dan pengalaman yang cukup adalah modal utama dalam meraih kesuksesan, apalagi dalam dunia kewirausahaan wawasan yang luas adalah kunci utama dalam memenangkan persaingan kerja, dengan wawasan yang luas kita akan dengan mudah membuat dan mengembangkan jaringan yang kita miliki, jika jarinagn telah terbentuk maka  kesuksesan telah menanti kita. Di samping dengan wawasan yang luas dan pemanfa’atan setiap kesempatan yang ada di depan kita sebaik mungkin, kita juga perlu menumbuhkan sikap-sikap seohrang entereprenaur sejati.

Sikap apa yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur sejati?
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:

1.      Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi, arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaan. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan terhadap komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas, hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

2.      Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya, sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

3.      Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh wirausahawan.

4.      Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

5.      Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

6.      Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Dengan sedikit uraian dan contoh-contoh di atas jika kita memiliki minat yang besar dalam dunia usaha makan hendaknya hal tersebut selalu kita gali dan selalu berani untuk mencoba. Sebab sebesar apapun mimpi dan harapan kita tidak akan pernah terlihat hasilnya sebelum kita mencobanya. Mulailah dari hal yang paling sederhana dan kecil, untuk memupuk rasa keberanian kita terhadap dunia usaha terlebih dahulu.

Disusun oleh Muhammad Farihul Ibad Red.
Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 1 Jurusan Bahasa Inggris

ARTIKEL---CORETAN KURIKULUM 2013


CORETAN KURIKULUM 2013

“Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita”
Ki Hajar Dewantara (1889-1959)

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) baru saja paruh tahun dilaksanakan. Meski demikian, wacana Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), ihwal tentang kurikulum baru, ‘pengganti’ KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menuai berbagai pro-kontra. Rencana tersebut mendapatkan banyak dukungan karena subtansinya menarik, yakni pencapaian peserta didik yang aktif, kretif dan berkarakter. Kurikulum baru ini, secara tidak langsung juga dapat meringankan siswa dari beban Kurikulum 2006 yang terlalu banyak pelajaran. Namun, kontra perubahan mencolok pada bidang studi di tingkat dasar (SD). Mata pelajaran (mapel) yang kemarin berjumlah 10, dipangkas menjadi tiga. Mapel IPA dan IPS akan diintegrasikan menjadi satu ke dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan mapel muatan lokal (Bahasa Inggris dan Bahasa Daerah) cukup menjadi pelajaran ekstra. Jadi hanya akan ada enam Mapel; Agama, PPKn, Matematika dan Bahasa Indonesia sebagai pelajaran pokok, sedangkan Olah Raga dan Kesehatan Jasmani serta Seni Budaya dan Prakarya sebagai pelajaran tambahan.
Wacana ini memang belum disahkan. Bahkan persiapannya saja masih dalam tahap uji publik, namun jika benar diaplikasikan pada 2013/2014, maka torehan buruk bagi wajah pendidikan nasional. Pasalanya, pemerintah menginginkan agar nantinya produk sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Jepang, Malaysia, Thailand dan Singapura terutama di bidang sains. Namun, menghilangnya mapel IPA pada tingkat dasar justru akan menjauhkan jarak Indonesia dari negara-negara maju pada bidang ini.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menjelaskan, dua mapel ini tidak dihilangkan begitu saja, akan tetapi menjadi objek pembelajaran tematik intregatif. Misalnya, ketika membahas sungai di Bahasa Indonesia, dari segi IPA masuk materi soal curah hujan, lingkungan, dan sebagainya. Materi IPS-nya masuk dalam bentuk manfaat sungai bagi masyarakat, perlunya menjaga lingkungan dan sebagainya. Pengintegrasian ini sebenarnya  justru akan memperburuk kemampuan siswa pada logika dan nalar. Dengan kondisi seperti ini, maka frekuensi pengembangan kecakapan siswa di bidang nalar dan logika semakin kecil.

Kompetensi Pengajar
Rencana ini tidak sepenuhnya ditolak, namun masalahnya ada pada kompetensi guru. Apakah para guru sudah siap dengan perubahan ini? Perubahan baru. Tentu saja cara pengajarannya harus berubah. Naskah KTSP yang begitu indah dan menarik saja belum tentu secara merata dikuasai oleh para pendidik. Apalagi dengan kurikulum anyar yang masih mbulet. Meski pada bulan Desember kemarin uji publik mulai dilakukan, nyatanya sampai sekarang belum bisa merata.
Meningkatnya anggaran dana pendidikan sebesar 20 persen (APBN) seharusnya tidak hanya digunakan untuk menggaji para guru. Tapi, dana ini sebaiknya juga digunakan untuk meningkatkan kualitas para pendidik. Bukan malah meningkatkan kuantitas guru karena iming-iming gaji besar. Sehingga, terjadi rumor di tengah masyarakat bahwa beprofesi sebagai guru (PNS) itu pekerjaannya enak dan menyenangkan. Padahal, itu sungguh tidak benar. Pekerjaan guru amat berat. Tidak hanya mengajar ‘kepala’, tapi juga mendidik akhlak karimah dan hati nurani tiap individu. Dampaknya, jabatatan sebagai guru PNS banyak diselewengkan para guru nakal. Sawah dijual, sapi dijual hanya untuk membeli SK PNS.
Sebaiknya pemerintah membuat program berupa pelatihan, seminar, bahkan penyuluhan secara rutin. Minimal setiap bulan, bahkan jika perlu setiap minggu. Sekaligus evaluasi kurikulum dan kerja pendidik. Untuk memaksimalkan aplikasi kurikulum yang sudah ada. Apakah ini mungkin? Triliunan APBN setiap tahun digelontorkan untuk pendidikan. Saya kira, jika sekedar pelatihan dan evaluasi reguler, ini memungkinkan, daripada anggaran ini dihamburkan untuk sertifikasi para pendidik yang sudah bergaji pegawai sipil.
Saya kira, Jepang adalah satu-satunya negara yang merasakan betapa panasnya bom nuklir. Setelah kota industri Hirosima dan Nagasaki runtuh dan ribuan bahkan jutaan manusia berjatuhan. Jepang benar-benar lumpuh. Hal pertama yang dilakukan kaisar Jepang saat itu adalah menanyakan berapa jumlah pendidik dan infrastruktur pendidikan yang masih tersisa. Kemudian mulai membangun peradabannya kembali dengan pendidikan. Dengan memaksimalkan ketersediaan jumlah pendidik yang ada. Tidak lantas merubah kurikulumnya. Namun, dalam kurun 30 tahun, Jepang telah menjelma sebagai salah satu dari 5 negara yang paling berpengaruh dalam bidang ekonomi global.

Tidak Perlu Mencontoh
Perubahan sistem memang perlu. Guna menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Namun tak perlu-lah kita mencontoh dari sana-dari sini. Toh sebetulnya, pendidikan yang telah kita miliki jauh lebih hebat dari negara-negara Jiran. Pembaca tentu telah membaca kutipan di atas. Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara jauh sebelumnya telah merumuskan apa itu pendidikan karakter. Beliau mengartikan pendidikan sebagi penyelarasan aspek  Hati (Kognitif), Fisik (Psikomotorik) dan Otak (Afektif) ke dalam satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Jadi, saya rasa tidak perlu kita mencontoh pendidikan modern ala Eropa, Amerika, Jepang dsb. Yang sebenarnya juga masih banyak kekurangan. Sehingga, imbasnya selalu mengganti kurikulum yang sudah ada.
Sementara, ICW (Indonesia Corruption Watch) menduga bahwa setiap perubahan kurikulum adalah bisnis besar bagi para atasan. Pergantian kurikulum hanya sebagai jalan untuk mencairkan dana yang disediakan. Buku, dan semua alat yang berkaitan dengan edukasi tentu diganti. Dan memerlukan dana yang tak kecil. Maka kemudian muncul anggapan: ganti pejabat ganti kurikulum. Jika ini yang terjadi, maka saya ulangi sekali lagi: torehan buruk bagi wajah pendidikan nasional. Lalu, siapa yang akan ber tanggungjawab? (ekopramono300@gmail.com)


Disusun Oleh David Eko Pramono
Penulis adalah Anggota Redaksi, Semester 7 Jurusan Bahasa Inggris

Kamis, 21 Februari 2013

ARTIKEL---Penyeimbangan Kuliah Dengan Wirausaha


Penyeimbangan Kuliah Dengan Wirausaha

Di era modernitas ini banyak kita jumpai mahasiswa setelah menyandang gelar sarjana bingung mencari pekerjaan. Mereka bingung di tempat mana ia harus bekerja. Mereka terpaksa menjadi pengangguran karena tidak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Namun tidak bagi mahasiswa yang sedari kuliah sudah mempunyai jiwa entrepreneurship (wirausahawan). Mahasiswa ini cenderung  lebih dewasa dan tenang setelah menyandang gelar sarjana, karena mereka sudah menemukan jalan hidup yang bisa dikembangkan, bukan baru mencari jati diri dan identitas dengan melamar pekerjaan ke perusahaan atau lembaga yang lain.
Mengembangkan jiwa entrepreneurship pada diri mahasiswa sangatlah penting. Mempunyai jiwa entrepreneurship bisa dikatakan wajib bagi semua mahasiswa, baik dari jurusan apaun. Karena mahasiswa adalah generasi muda yang mempunyai tanggung jawab lebih besar terhadap kemajuan Negara ini. Namun seperti yang kita ketahui sendiri minat mahasiswa akan berwirausaha sangat lemah sekali. Mereka lebih bangga menjadi pegawai daripada berwirausaha. Padahal menjadi pegawai sama saja menjadi buruh. Sebenarnya sah-sah saja menjadi pegawai, namun di samping itu juga harus diimbangi dengan berwirausaha agar jika sewaktu-waktu dikeluarkan dari perusahaan sudah mempunyai pijakan untuk bertahan hidup dan tidak selalu bergantung pada perusahaan orang lain. Berwirausaha tidak harus sebuah usaha yang besar dengan keuntungan yang besar.
Di Negara maju pendaftaran pegawai pemerintah justru sepi, mereka merasa menjadi buruh pemerintah, derajadnya kurang dipandang, dan kurang bermartabat. Ini amat berbeda dengan Indonesia apabila dibuka lowongan pegawai pemerintah, maka yang mendaftar luar biasa, ribuan, bahkan jutaan, sementara yang dibutuhkan hanya beberapa saja (Asmani, 2011: 36). Realitas inilah yang harus diubah dengan menumbuhkan jiwa Entrepreneurship pada para pemuda, terutama mahasiswa.
Dengan tulisan ringkas ini penulis mencoba mengajak teman-teman mahasiswa lebih sensitif dalam masalah berwirausaha. Dan menjadikan entrepreneurship sebagai gaya hidup dengan tanpa meninggalkan aktivitas kuliah. Oleh sebab itu dalam tulisan ini penulis menarik beberapa pertanyaan untuk kita ketahui jawabanya, (1) Apa pengertian entrepreneurship dalam dunia mahasiswa?, (2) Mengapa kita perlu mempunyai jiwa entrepreneurship dari masih mahasiswa?, (3) Bagaimana cara menumbuhkan sikap entrepreunership mahasiswa?, (4) Bagaimana upaya mengembangan jiwa intreneur mahasiwa?, (5) Apa tips agar strategi bisnis jalan dan kuliah aman?
Pengertian Entrepreneurship dalam Dunia Mahasiswa
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Sedangkan definisi wirausaha mahasiswa adalah wirausaha yang pelaku utamanya adalah masih bersetatus mahasiswa yang dilakukan di sela-sela kuliahnya dengan pemanfaatan waktu yang sebaik mungkin untuk bisa mengaturnya. Wirausaha mahasiswa adalah cara pintar mengambil strategi sebelum menghadap dunia bisnis dan dunia kerja yang sebenarnya (Http:research.amikom.ac.id).
Entrepreneurship bagi mahasiswa bertujuan untuk membangun jiwa kemandirian. Mahasiswa maju diarahkan untuk berkreasi merintis usaha sejak di bangku kuliah. Dalam proses perintisan tersebut, tentu ada proses belajar secara nyata. Berbagai pengalaman dalam mengelola inilah yang dibutuhkan setelah lulus dari kampus nanti. Mereka akan lebih siap dalam menghadapi persaingan hidup, khususnya dalam bidang ekonomi. Tidak perlu lagi bergantung kepada panggilan lamaran dari perusahaan karena mereka telah memiliki usaha yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya (Http:eviesetya.wordpress.com)
Bagi entrepreneur waktu sangatlah berharga. Baginya, harus ada nilai tambah di setiap waktunya. Baik itu informasi, pengetahuan, relasi, materi maupun kawan. Tidak ada waktu yang berlalu tanpa makna, setiap waktunya harus membawa manfaat bagi kehidupan. Manajemen sangat diperlukan untuk mengatur waktu dengan baik.
Perlunya Mempunyai Jiwa Entrepreneurship
Dari penjelasan di atas, tentunya pembaca sudah dapat memahami mengapa dari mulai mahasiswa kita sudah dituntut untuk menjadi Entrepreuner. Bahkan (Asmani, 2011: 110), menurut Abdullah Gymnastiar, semangat wirausaha sebaiknya ditumbuhkan dari usia sedini mungkin.
            Ciputra dalam bukunya Ciputra Quantum Leap memaparkan, setiap tahun perguruan tinggi di Indonesia menghasilkan lebih dari 300.000 lulusan, namun daya serap lapangan kerja untuk mereka terlalu sedikit. Sehingga pada bulan Februari 2007 terdapat lebih dari 740.000 dari mereka yang menganggur. Hal ini sangat mencemaskan, karena angka ini cenderung naik pesat dari waktu ke waktu (Asmani, 2011: 8).
Kebutuhan manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari persoalan ekonomi yang harus dicukupi. Melihat lapangann kerja yang sangat terbatas dan diperebutkan jutaan orang, maka kemampuan berwirausaha demi memenuhi kebutuhan hidup dan juga sebagai wahana aktualisasi potensi diri menjadi suatu keharusan (Asmani, 2011: 9). Namun ada gengsi sosial pada mereka, masak sarjana harus bertani, berdagang kaki lima, berjulan keliling, dan lain-lain yang dianggap masyarakat kurang terhormat. Padahal seseorang yang berwirausaha itu dimulai dari usaha yang kecil. Contoh kecil. seperti berdagang bakso. Siapa yang tau sarjana yang berjualan bakso dengan kerja kerasnya memulai dari berjualan keliling bisa membuka lestoran. Bakso sarjana dengan bakso SD tentu berbeda pengelolaannya, seorang sarjana lebih kreatif dan pintar dalam memanajemen usahannya. Dari sini kita harus sadar, bahwa sarjana pendidikan tidak harus menjadi guru, begitupun sarjana-sarjana yang lainnya.
Dalam konteks inilah, pendidikan entrepreneurship diharapkan mampu membangkitkan semangat berwirausaha, berdikari, berkarya, dan mengembangkan bakat sesuai potensi masing-masing untuk mencukupi kebutuhan hidup dan mengembangkan perekonomian Nasional. Pendidikan Entrepreneurship diharapkan mampu memunculkan banyak kader wirausahawan kreatif yang bisa menciptakan lapangan kerja, sehingga bisa membantu menanggulangi angka pengangguran yang tidak kunjung ada habisnya (Asmani, 2011: 10).
Menumbuhkan Sikap Entrepreneurship Mahasiswa
Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa minat merupakan faktor utama yang kurang dimiliki mahasiswa dalam bidang brewirausaha. Padahal dari segi manfaat dengan melakukan aktivitas yang modal utamanya berani ini selain untuk pribadi mahasiswa juga untuk negara kita yang membutuhkan pribadi-pribadi berkompeten dan bisa menanggulangi kemiskinan di era perdagangan bebas ini. (Http:research.amikom.ac.id), Dengan menggalakkan arti pentingnya Wirausaha dengan dan menghilangkan mitos yang berkembang dalam diri mahasiswa. Mitos yang selama ini berkembang seperti tidak berbakat, tidak memiliki waktu, dan bukan jurusan yang tepat harus di eleminasi dan dirubah dengan kata semangat, ”Aku bisa karena aku mencoba”. Bakat yang dibawa sejak lahir tidak berarti apa-apa jika tidak diasah, orang sukses melakukan sesuatu bukan karena bakat tetapi melakukan sesuatu hingga menjadi bakat.
Upaya Mengembangan Jiwa Intreneurship Mahasiwa Tanpa Mengganggu Aktivitas Kuliah
Memiliki jiwa tinggi dalam hal wirausaha bukan hanya untuk dijadikan keinginan semata, namun juga harus dikembangkan dan diaplikasikan. Mencari informasi merupakan hal yang paling utama untuk mengembangkan keinginan tersebut. Dengan adanya info-info yang berguna kita bisa belajar dan melihat peluang bisnis apa yang bisa diterapkan. Contoh usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk menyalurkan ilmu dengan tanpa mengganggu aktivitas kuliah seperti: (a) Mendirikan Bimbingan Belajar, usaha ini bisa dilakukan dirumah sendiri dan juga bisa mendirikan komunitas agar bisa bekerja sama. (b). Menjadi agen pulsa, usaha ini jika ditekuni hasilnya lumayanan, kita tak perlu harus membeli banyak saldo, uang lima puluh ribu cukup sebagai modal awal. Untuk seterusnya tinggal bagaimana kita pintar-pintar dalam memanajemen hasil usaha tersebut, (c) Usaha menjual kerajinan yang kita buat sendiri, seperti asesoris, dll. (d) Bagi yang mempunyai laptop atau notbook bisa membuka Rental komputer dan desain grafis. usaha rental komputer merupakan jenis usaha yang cukup menjanjikan di sekitar kampus. Hampir setiap hari tempat-tempat rental komputer di kawasan kampus selalu penuh terutama menjelang akhir semester. Dan masih banyak lagi usaha-usaha yang bias kita lakukan tanpa menganggu jam kuliah dan organisasi. Tentunya teman-teman lebih pandai dalam memanfaatkan peluang untuk membuat usaha-usaha baru yang lebih kreatif.
Strategi Bisnis Jalan dan Kuliah Aman
Melakukan bisnis bukan berarti kita melupakan kegiatan utama kita, yaitu menuntut ilmu. Ada beberapa tips agar usaha yang kita jalankan berjalan lancar dan penuh dengan kemajuan, yaitu: (a) Atur waktu secara bijak antara waktu belajar, organisasi, dan bekerja, (b) Buat skala prioritas, (c) Belajar lebih tekun, bekerja Lebih baik, (d) Jalin relasi dan tumbuhkan kepercayaan, (e) Usaha dan berdoa (Http:research.amikom.ac.id).
Entrepreneurship mahasiswa adalah cara pintar mengambil strategi sebelum menghadap   dunia kerja yang sebenarnya. Mempunyai jiwa Intrepreneurship menjadi solusi yang tepat untuk mengubah mindset mahasiswa, bahwa lulusan perguruan tinggi ke depan yang berhasil adalah mereka yang mampu menciptakan lapangan kerja baru, bukan mencari kerja. Sudah saatnya orientasi menjadi karyawan, buruh, dan pegawai pemerintah diubah kewirausahaan sebagai profesi yang paling utama. Karena  dengan berwirausaha kita bisa usaha sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain, dan kita juga bisa mengurangi pengangguran di Negara ini.


Disusun Oleh Luluk Dianah Red.
Penulis adalah Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 3 Jurusan Bahasa Indonesia


Rabu, 20 Februari 2013

ARTIKEL---Mengenal Lebih Jauh Tentang Wirausaha


Mengenal Lebih Jauh Tentang Wirausaha


Wirausaha, kata itu nampaknya sudah tak asing di telinga kita, mengingat di era global ini banyak orang tengah getol menjalankan usaha guna meraup keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Joshep C. Schumpeter, wirausaha adalah “orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan kemudian membentuk keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut,” sedangkan Richard Catillon menyatakan wirausaha ialah “seseorang yang mampu memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi,” selain itu Prawirokusumo menyatakan bahwa wirausaha adalah “mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengsn jalan mengembangkan ide dan meramusumber daya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup.”
Wirausahawan, merupakan sebutan bagi pelaku wirausaha, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan wirausahawan sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkan. Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai dengan kemnampuannya dalam menrtapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu, ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan. Persamaan dari pengertian tersebut yaitu wirausahawan meniliki dan mampu berpikir kreatif dan imajinatif, melihat peluang dan membuat bisnis baru.
Wirausaha dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu founders, general managers dan franchisee. Founders (pendiri usaha), seorang founders sering dianggap wirausaha murni, karena mereka secara nyata melakukan survey pasar, mencari modal, dan fasilitas yang diperlukan. Founders yaitu seorang investor yang memulai usaha berdasarkan penemuan barang atau jasa baru yang sudah diimprovisasi, atau mengembangkan ide orang lain dalam memulai usahanya. General manager seseorang yang mengepalai operasional usaha dalam menjalankan bisnisnya. Franchisee yaitu seorang wirausaha yang kekuasaannya dibatasi oleh hubungan kontrak kerjadengan organisasi pemberi franchise atau franchisor. Tingkatan dalam system franchise terdiri atas tiga bentuk. Pertama produsen (franchisor) memberikan franchise kepada penjual. System ini umumnya digunakan di dalam industri minuman dingin. Kedua penjualnya adalah franchisor, contohnya pada supermarket. Ketiga, franchiso sebagai pencipta atau produsen, contohnya adalah usaha restoran cepat saji.
Ada dua pola wirausaha yang disarankan oleh Norman R. Smith dalam Longenecker (201), yaitu wirausaha artisan dan oportunis. Wirausaha artisan adalah seseorang yang memulainya dengan keahlian teknis sebagai  modal utama dan sedikit pengetahuan bisnis. Wirausaha oportunis yaitu seseorang yang memulai usahanya dengan keahlian manajemen yang rumit dan pengetahuan teknis.
            Keuntungan dari berwirausaha antara lain; terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh, terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri, terbuka peluang untuk mendapatkan manfaat dan keuntugan secara maksimal, terbuka kesempatan menjadi seorang bos, dan terbuka peluang menbantu masyarakat dengan usaha-usaha yang kongkrit. Memang keuntungan berwirausaha sendiri dirasa sangat menjanjikan, akan tetapi dalam mencapai keuntungan berwirausaha ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam pelaksanaanya seorang wirausaha harus mampu mengelola modal yang ada, dan memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, serta seorang wirausahawan dituntut mampu mempertahankan keseimbangan pasar. Di samping beberapa keuntungan yang telah disebutkan di atas, berwirausaha juga tidak semata-mata dengan mulus dijalankan, tantangan-tantangan akan dijumpai dalam pelaksanaan wirausaha tersebut, misalnya, pengorbanan personal, dalam hal ini wirausahawan dalam langkah awal menjalankan bisnis harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk serta sedikit sekali waktu untuk kepentingan dalam beberapa hal karena hampir sebagian waktu terfokus pada pelaksanaan wirausaha.
Beban tanggung jawab, wirausahawan harus mengelola semua fungsi usaha baik penggelolaan modal, maupun pemasaran, dan selanjutnya yaitu kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal, karena berwirausaha menggunakan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada. Dalam berwirausaha bukan hanya keuntungan yang didapat tetapi juga ada beberapa kerugian yang kemungkinan ada. Berikut beberapa uraian kerugian yang mungkin terjadi dalam berwirausaha di antaranya; memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resuko, bekerja keras dan waktu kerjanya panjang, kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil sebab harus berhemat, dan tanggungjawabnya sangat besar karena banyak keputusan yang harus dibuat walaupun kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.
            Modal wirausaha bukan hanya dana dan usaha, yang tak kalah pentingnya ialah ketrampilan dan kiat-kiat lainnya. Seorang wirausaha harus punya ciri atau karakteristik dalam beberapa kata berikut yang disingkat dengan ACTION, antara lain; Action atau tindakan adalah karakter wirausaha.  Menjadi wirausaha berarti mau mengambil inisiatif dan mau mengambil tindakan untuk mengambil peluang yang ada. Creative, wirausahawan itu sosok kreatif. Mereka mampu menciptakn atau mengembangkan sesuatu yang mungkin sebelumnya dianggap biasa atau bahkan mustahil oleh banyak orang, kreativitastersebut membuatnya berhasil membuat nilai tambah dalam apapun yang digelutinya. Trust, wirausahawan memegang trust (kepercayaan) sebagai prinsip hidupnya dalam pengertian ke luar diri trust berarti tekad untuk memegang kepercayaan konsumen. Independent atau kemandirian menjadi jiwa wirausahawan, mereka ingin bebas mengatur hidupnya sesuai yang diinginkan. Opportunity atau kejelian melihat peluang atau kesempatan adalah ciri wirausahawan, dimanapun tempatnya dia mampu mengembangkan usaha. No Quit, yang artinya wirausahawan sejati tak pernah menyerah. Menurut Meredit Et Al (202), “mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha adalah percaya diri (self confidence), berorientasi tugas dan hasil, keberanian mengambil risiko, berjiwa pemimpin, berorientasi ke masa depan, kreativitas dan inovasi.” Beberapa sikap yang telah dipaparkan di atas hendaknya bisa dijadikan cerminan bersikap dalam menjalankan suatu usaha.

            Disusun Oleh Maisatul Muflihah Red.
            Penulis adalah Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 1 Jurusan Bahasa Indonesia

Selasa, 19 Februari 2013

ARTIKEL---Perubahan Ekonomi Bangsa




Sangat menyedihkan melihat mental mahasiswa pada dewasa ini. Mahasiswa yang sehari-harinya menjalani perkuliahan dengan sistem Kupu-Kupu (Kuliah Pulang - Kuliah Pulang) tidak mempunyai visi panjang serta misi yang jelas. Mahasiswa yang tidak mempunyai perencanaan jelas terlihat bersikap apatis terhadap perubahan dan modis namun berpikiran kekanak-kanakan. Mereka inilah mahasiswa yang tidak berpikir strategis.
Sejak awal perkuliahan, mahasiswa sudah dilabeli dengan gelar agen perubahan (agent of change) yang berarti, di samping mengupayakan perubahan untuk dirinya sendiri, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi lokomotif perubahan di tengah-tengah masyarakat. Bisa dilihat dengan jelas dalam sejarah bagaimana para primus interpares negeri ini. Tidak jarang di antara mereka yang sedang menempuh pendidikan, mereka bermandikan keringat bahkan berlumuran darah hanya untuk mengupayakan terjadinya perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Sungguh miris melihat mental generasi muda kita sekarang ini, mereka dengan bangga dan lantang mengatakan “saya mahasiswa,” namun seakan mengabaikan tanggungjawab yang seharusnya sepakat dengan gelar tersebut.
Jika saja para founding father kita masih hidup mereka tak akan henti-hentinya menangis, miris melihat mental dan disorientasi hidup generasi muda saat ini. Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa? Apakah mereka dituntut untuk memangku senjata berperang melawan penjajah seperti yang dilakukan para pendahulu kita? Kewajiban seperti itu tentu tidak ada lagi saat ini. Mahasiswa hanya perlu melanjutkan cita-cita luhur para pahlawan kita membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, mewujudkan mimpi-mimpi mereka yakni envisioning a better Indonesia.
Jika tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengubah lingkungan sekitarnya dan jika tidak mempunyai kekuatan untuk menjadi inspirasi bagi orang lain, hal yang seharusnya dilakukan mahasiswa adalah membawa dirinya ke arah yang lebih baik karena jika ia gagal dalam mengurusi dirinya maka konsekuensi logisnya, ia akan menjadi beban bagi orang lain, menjadi beban bagi negara. Jika prinsip ini diterapkan dalam model pengembangan ekonomi bangsa, maka tanggungjawab mahasiswa minimal mensejahterakan dirinya juga belum mampu mensejahterakan orang lain. Oleh karena itu, setiap mahasiswa harus mengupayakan model pengembangan ekonomi. Di satu sisi dapat mensejahterakan dirinya, namun di sisi lain ia juga sedang mengupayakan kesejahteraan orang lain. Pola pikir semacam ini hanya dimiliki oleh mahasiswa yang berpikir strategis, bukan mereka yang bermental kerupuk, menjalani perkuliahan model Kupu-Kupu, bukan pula mereka yang bersikap apatis dan buta terhadap kondisi ekonomi masyarakat Indonesia atau mereka yang kuliah untuk mencari pekerjaan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah salah satu solusi yang bisa diupayakan mahasiswa untuk membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Secara statistik, untuk mencapai kemakmuran, suatu bangsa membutuhkan minimal 2 persen pengusaha dari total penduduknya. Saat ini Indonesia baru memiliki 0,24 persen jumlah pengusaha, jika dibandingkan dengan negara-negara makmur Malaysia 2,1 persen, Thailand 4,1 persen, Korea Selatan 4 persen, China dan Jepang 10 persen, sementara Amerika Serikat 11,5 persen. Di samping angka-angka statistik tersebut, mental dan nilai-nilai wirausaha perlu dimiliki seorang mahasiswa dalam kaitannya dengan perubahan.
Salah satu nilai positif dari seorang wirausahawan adalah kesabaran, keuletan dan kreatifitas dalam menjawab tantangan. Mahasiswa wirausaha telah ditempa untuk selalu pro-aktif mencari alternatif dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Kemaun untuk berubah dan merubah adalah spirit yang menjadi propelling power atas semua upaya yang ia lakukan. Seorang wirausahawan tidak mau menunggu datangnya peluang namun mengupayakannya. Jika saja prinsip-prinsip ini dibangun dan ditanamkan sejak dini, maka dapat dipastikan pemerintah akan kesulitan mencari calon PNS. Tidak ada lagi mahasiswa yang orientasinya mencari pekerjaan, lapangan kerja terbuka lebar, pengangguran berkurang bahkan hilang, boleh jadi kita akan mengimpor tenaga kerja dari negara lain. Namun sekali lagi pola pikir semacam ini hanya dimiliki mahasiswa yang berpikir strategis dan kreatif, mahasiswa yang konsen terhadap perubahan, bukan mahasiswa ‘manja’ yang hanya bisa menjadi beban bagi lingkungan sekitarnya. Ayoo berwirausaha, Let’s envision a better Indonesia!

Disusun Oleh Anita Dwi Hapsari Red.
Penulis adalah Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 5 Jurusan Bahasa Inngris