Penekun Budaya Jawa
Sahabat setia pembaca Gelanggang,
tahukah anda dengan sosok mahasiswa satu ini? Banyak teman yang mudah akrab
dengannya, segudang prestasi didapatnya, dan dimanapun ada pertunjukan kesenian
budaya (Jawa) dia datangi, hanya untuk memperkaya pengalaman dan menemukan jati
diri. Sosok yang santun dan sopan kepada semua orang menjadikan teman-teman dan
para dosen menyukai tabi’atnya.
Adalah Jadid Al Farisy, mahasiswa yang
baru saja menyandang predikat Sarjana Pendidikan (S. Pd.) ini menjadi salah
satu sorotan tim Redaksi Gelanggang untuk dipublikasikan di rubrik ini. Jadid
Al Farisy atau yang biasa akrab dipanggil “mas Jadid” lahir di Desa Kendal,
Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, pada tanggal 22 Maret 1987. Riwayat
pendidikan yang mas Jadid tempuh ialah di MI (Madrasah Ibtidaiyah) Kendal,
berlanjut ke MTs (Madrasah Tsanawiyah) Negeri Model Babat dan mengabdi di
pondok pesantren dan MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Bahrul ‘Ulum Tambak Beras
Jombang. Setelah lulus dari MAN Tambakberas Jombang pada tahun 2005, ia
meneruskan D-2 di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Raden Santri Gresik
jurusan PGMI/SD dan lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan program
sarjananyanya di perguruan tinggi Unisda Lamongan.
Mas Jadid adalah salah satu wisudawan
terbaik dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unisda. Mahasiswa
yang suka mengenakan pakaian serba hitam ini mendapat perwakilan sambutan pada
acara wisuda purna Unisda mewakili wisudawan-wisudawati S-1 dan S-2. Tentunya sahabat
setia pembaca Gelanggang tidak asing lagi khan?
Pemuda berjiwa seni ini biasanya juga ikut dalam pementasan teater. Di majalah Gelanggang,
ia juga aktif sebagai seorang penulis. Pemuda ini hobi dengan semua hal yang
berhubungan dengan Seni, khususnya melukis, baik kaligrafi, lukisan wayang, dan
sebagainya.
Selain menjadi mahasiswa yang kreatif,
mas Jadid juga mengabdikan ilmunya di lembaga MI Kendal, dimana ia dulu menimba
ilmu dasarnya. Dia mulai mengabdikan ilmunya sejak Semester satu. Bidang studi
yang diampunya yaitu, beberapa mata pelajaran Agama, Seni dan Budaya, dan
Bahasa Inggris. Inilah yang melatarbelakangi mengapa mas Jadid mengambil jurusan
bahasa inggris. ”Saya juga ingin menjadikan Bahasa Inggris sebagai pengantar
ketika saya memperkenalkan seni dan budaya nusantara, khususnya Jawa ke
mancanegara. Itulah yang menjadi Cita-cita saya”. Papar mas Jadid saat diwawancarai wartawan
Gelanggang.
Organisasi yang ia ikuti di antaranya;
organisasi intra kampus, STNK (Studi Teater Nafas Kata) dan Gelanggang.
Organisasi kemasyarakatan yaitu Remaja Masjid, dan bergabung dengan Paguyuban
Pecinta Wayang. Setiap hari Ahad Mas Jadid juga menyempatkan diri untuk
mengikuti Ngaji di
pondok pesantren Langitan, mengikuti ngaji di Pondok Pesantren Langitan sudah
ia jalani selama lima tahun ini. Dan ia juga mulai mendirikan komunitas teater
di MI yang ia ampu.
Kuncup adalah nama komunitas teaternya.
Dengan kesibukan yang begitu padat, mas jadid tetap bisa mendapatkan IP (Index
Prestasi) yang bagus, IP tertinnginya adalah 4.00, dan IP terendahnya 3,57.
Adapun prestasi-prestasi yang pernah ia peroleh di antaranya; juara satu
Qira’ah tingkat kecamatan sekaran tahun 2005, juara 3 lomba tembang jawa
macapat yang diadakan oleh DISBUDPAR (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata). Di
Unisda ia menjadi wisudawan terbaik tahun 2012. Saat ditanya oleh salah satu
dari wartawan Gelanngang rencana apa Mas Jadid setelah wisudah ini, “ saya akan
tetap meneruskan mencari ilmu baik di lingkungan akademik maupun nonakademik.”
Tukas mas Jadid sembari leluconnya.
Oh iya, Tanggal 16 November 2012
kemarin, mas Jadid juga menjadi guest
star lho, melantunkan tembang
Jawa yang lirik-liriknya ia buat sendiri. Di salah satu studio radio swasta di
kec. Sekaran, dan pada tanggal 24 November ia juga diminta khusus untuk
menyambut Bupati Lamongan yang akan menghadiri hari jadi radio tersebut.
Sahabat setia pembaca Gelanggang, masih
ada lagi lho yang perlu kita ketahui
dari mas Jadid. Emzz, inspiratory dan
motto hidupnya? Seniman dan budayawan yang menginspirasi penekun budaya jawa
muda ini adalah Sujiwo Tedjo, Emha Ainun Najib (Cak Nun), dan K. H. Musthofa
Bisri (Gus Mus). Motto hidupnya, ‘’hidup adalah apa yang engkau lihat, dengar,
ucapkan, dan apa yang terbesit dalam hatimu, maka ciptakanlah segala hal
positif yang nantinya kebaikan tidak hanya engkau dapat, tetapi juga biasa
memberikan inspiasi terhadap sesama.” Subhanallah,
solidaritas banget motto hidupnya. Semoga cerita singkat dari pengalaman Mas
Jadid ini bisa mengispirasi pembaca setia Gelanggang. Amin.
Disusun Oleh Luluk Dianah Red.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar