Selasa, 19 Februari 2013

ARTIKEL---Perubahan Ekonomi Bangsa




Sangat menyedihkan melihat mental mahasiswa pada dewasa ini. Mahasiswa yang sehari-harinya menjalani perkuliahan dengan sistem Kupu-Kupu (Kuliah Pulang - Kuliah Pulang) tidak mempunyai visi panjang serta misi yang jelas. Mahasiswa yang tidak mempunyai perencanaan jelas terlihat bersikap apatis terhadap perubahan dan modis namun berpikiran kekanak-kanakan. Mereka inilah mahasiswa yang tidak berpikir strategis.
Sejak awal perkuliahan, mahasiswa sudah dilabeli dengan gelar agen perubahan (agent of change) yang berarti, di samping mengupayakan perubahan untuk dirinya sendiri, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi lokomotif perubahan di tengah-tengah masyarakat. Bisa dilihat dengan jelas dalam sejarah bagaimana para primus interpares negeri ini. Tidak jarang di antara mereka yang sedang menempuh pendidikan, mereka bermandikan keringat bahkan berlumuran darah hanya untuk mengupayakan terjadinya perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Sungguh miris melihat mental generasi muda kita sekarang ini, mereka dengan bangga dan lantang mengatakan “saya mahasiswa,” namun seakan mengabaikan tanggungjawab yang seharusnya sepakat dengan gelar tersebut.
Jika saja para founding father kita masih hidup mereka tak akan henti-hentinya menangis, miris melihat mental dan disorientasi hidup generasi muda saat ini. Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa? Apakah mereka dituntut untuk memangku senjata berperang melawan penjajah seperti yang dilakukan para pendahulu kita? Kewajiban seperti itu tentu tidak ada lagi saat ini. Mahasiswa hanya perlu melanjutkan cita-cita luhur para pahlawan kita membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, mewujudkan mimpi-mimpi mereka yakni envisioning a better Indonesia.
Jika tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengubah lingkungan sekitarnya dan jika tidak mempunyai kekuatan untuk menjadi inspirasi bagi orang lain, hal yang seharusnya dilakukan mahasiswa adalah membawa dirinya ke arah yang lebih baik karena jika ia gagal dalam mengurusi dirinya maka konsekuensi logisnya, ia akan menjadi beban bagi orang lain, menjadi beban bagi negara. Jika prinsip ini diterapkan dalam model pengembangan ekonomi bangsa, maka tanggungjawab mahasiswa minimal mensejahterakan dirinya juga belum mampu mensejahterakan orang lain. Oleh karena itu, setiap mahasiswa harus mengupayakan model pengembangan ekonomi. Di satu sisi dapat mensejahterakan dirinya, namun di sisi lain ia juga sedang mengupayakan kesejahteraan orang lain. Pola pikir semacam ini hanya dimiliki oleh mahasiswa yang berpikir strategis, bukan mereka yang bermental kerupuk, menjalani perkuliahan model Kupu-Kupu, bukan pula mereka yang bersikap apatis dan buta terhadap kondisi ekonomi masyarakat Indonesia atau mereka yang kuliah untuk mencari pekerjaan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah salah satu solusi yang bisa diupayakan mahasiswa untuk membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Secara statistik, untuk mencapai kemakmuran, suatu bangsa membutuhkan minimal 2 persen pengusaha dari total penduduknya. Saat ini Indonesia baru memiliki 0,24 persen jumlah pengusaha, jika dibandingkan dengan negara-negara makmur Malaysia 2,1 persen, Thailand 4,1 persen, Korea Selatan 4 persen, China dan Jepang 10 persen, sementara Amerika Serikat 11,5 persen. Di samping angka-angka statistik tersebut, mental dan nilai-nilai wirausaha perlu dimiliki seorang mahasiswa dalam kaitannya dengan perubahan.
Salah satu nilai positif dari seorang wirausahawan adalah kesabaran, keuletan dan kreatifitas dalam menjawab tantangan. Mahasiswa wirausaha telah ditempa untuk selalu pro-aktif mencari alternatif dan solusi atas masalah yang dihadapinya. Kemaun untuk berubah dan merubah adalah spirit yang menjadi propelling power atas semua upaya yang ia lakukan. Seorang wirausahawan tidak mau menunggu datangnya peluang namun mengupayakannya. Jika saja prinsip-prinsip ini dibangun dan ditanamkan sejak dini, maka dapat dipastikan pemerintah akan kesulitan mencari calon PNS. Tidak ada lagi mahasiswa yang orientasinya mencari pekerjaan, lapangan kerja terbuka lebar, pengangguran berkurang bahkan hilang, boleh jadi kita akan mengimpor tenaga kerja dari negara lain. Namun sekali lagi pola pikir semacam ini hanya dimiliki mahasiswa yang berpikir strategis dan kreatif, mahasiswa yang konsen terhadap perubahan, bukan mahasiswa ‘manja’ yang hanya bisa menjadi beban bagi lingkungan sekitarnya. Ayoo berwirausaha, Let’s envision a better Indonesia!

Disusun Oleh Anita Dwi Hapsari Red.
Penulis adalah Anggota Redaksi Gelanggang, Semester 5 Jurusan Bahasa Inngris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar